Kala itu hari Selasa pagi, seluruh warga sekitar RW 06 Jl. Karet Pasar Baru Barat, Karet Tengsin, Tn. Abang, Jakarta Pusat sontak kaget bukan kepalang. Mereka digemparkan dengan suatu kejadian yang misterius, aneh tapi nyata dan penuh dengan keganjilan, terselubung oleh misteri yang tak akan terpecahkan!
Kejadian tersebut sebenarnya tak bisa dicerna oleh nalar sehat, namun semua itu kita kembalikan kepada Sang Pencipta segalanya, karena semua kejadian yang ada di jagad ini atas kehendak-Nya, tinggal kita sebagai manusia yang beriman menyikapinya secara arif, positif dan bijaksana. Karena segala kejadian di muka bumi dan diseluruh alam ini adalah atas kehendak dan kuasa-Nya.
Diawali Hujan Rintik Dini Hari
Diawali pada dini hari diwaktu itu, Senin malam Selasa di malam nan sepi, kota megapolitan Jakarta diiringi oleh hujan rintik-rintik tiada henti, tepatnya sekitar jam 00:30 seudah masuk hari Selasa dini hari, Bapak Teto Desto seorang supir taxi dari perusahaan ’’P’’ Taxi sudah keliling kesana-kemari namun belum jua mendapat sewa/penumpang.
Ketika Bapak Teto Desto melewati Jalan sekitar Manggarai tepatnya di depan salah satu bar dan diskotik, bapak beranak empat tersebut diberhentikan oleh tiga sosok wanita cantik.
Ketika taksinya mulai menepi, Bapak Teto tidak ada firasat apapun, namanya juga sebagai pelayan jasa, ia langsung saja mempersilahkan konsumennya untuk masuk ke dalam taksinya sembari mengucapkan rutintas salamnya “Selamat pagi Non, silahkan masuk.. ingin diantar kemana ..?”.
Namun ketiga wanita tersebut diam saja tidak berkata sedikitpun. Setibanya di salah satu terowongan tepat di lampu merah, (sepertinya di Jl. Galunggung, saat berada dibawahunderpass Dukuh Atas) bapak beranak empat tersebut menegur kembali dengan pertanyaan yang sama, dan akhirnya salah satu dari penumpang tersebut menjawab dengan nada terputus-putus, ’’jalan aja dan lurus’’.
Ke Arah Kuburan Karet Bivak, Jakarta.
Dinginnya udara akibat rintik hujan di Jakarta pada malam itu dan ditambah pula oleh suhu AC di dalam taxi, membuat suasana di dalamnya menjadi sedikit mencekam dan anehnya mereka tetap tak berucap satu patah katapun, tetap hening.
Karenanya, seketika itu pula entah kenapa, pak Teto juga mulai mencurigai adanya ketidakberesan dari penumpang di dalam taxi sewaannya tersebut.
Tapi apa boleh buat pikirnya, ia harus dan wajib mengantarkan sewanya ke tempat tujuan walaupun ia sendiri belum mengetahui kemana.
Akhirnya setelah taxi melintasi jalan diseberang TPU (Tempat Pemakaman Umum) Karet Bivak, salah satu dari penumpang tersebut berkata, ’’Nanti balik arah, pak…”.
Maka, pak Teto pun berbalik arah memutar (sepertinya saat berada di Jl. KH. Mas Mansyur saat mengarah ke Jl. Jenderal Sudirman, lalu berbalik arah, kini mengarah sebaliknya, ke arah Tanah Abang).
Tak lama berselang, lalu terdengar lagi ucapan, “Di depan truk masuk belok ke kiri…” (sepertinya dari Jl. KH. Mas Mansyur, masuk ke Jl. Karet Pasar Baru Barat persis sebelum Kuburan Karet Bivak, karena di Jl. Raya KH. Mas Mansyur yang berada di depan jalan itu memang ada beberapa truk yang selalu mangkal).
Otomatis pak Teto terus mengikuti ucapan wanita itu. Maka ia pun mulai memasuki jalanan kecil tanpa aspal diantara TPU Karet Bivak dan perumahan warga, namun masih pas dengan dua mobil jika saling berpapasan.
Tak lama kemudian terdengar lagi ucapan sosok itu, “belok kiri…’’, ujar salah satu penumpang. Bapak Teto belum menyadari dan tak terasa aneh, bahwa arah yang disebutkan adalah sebuah gang kecil alias jalan kampung yang berada disamping Kuburan atau TPU Karet Bivak.
Setelah salah satu penunpangnya turun, pak Teto diminta untuk menunggu sebentar, sementara dua penumpang lainnya masih berada dibangku belakang.
Lumayan lama setelahnya, pak Teto pun penasaran dan menoleh untuk melihat kedua penumpang yang masih ada dibangku belakang dan seketika itupun ia pingsan. Tiba-tiba ia sadar oleh bantuan warga saat menjelang Subuh, dan ia sudah berada di dalam sebuah pos RW di daerah itu.
Sesi Investigasi Tanya Jawab Dengan Supir Taxi, Pak Teto Desto.
Ketika ditanyakan apa yang terlihat oleh bapak Teto ketika belok menuju ke arah tersebut, bapak empat anak tersebut menjawab, ’’Ketika itu saya melihat yang ada bukan TPU, namun rumah-rumah gedongan yang mewah-mewah’’.
Kenapa Bapak bisa masuk di gang sempit seperti ini ?
Pak Teto menjawab lagi sambil masih terheran-heran, ’’Saya juga nggak ngerti mas, sebab malam itu yang terlihat oleh saya hanya rumah mewah dan megah dengan jalanan yang luas tidak sesempit ini dan yang lebih nggak masuk akal kenapa taxi yang saya bawa bisa melewati jalan setapak yang lebarnya tak lebih dari dua meter???” pak Teto balik bertanya dengan muka masih terheran-heran.
“Padahal, mas bisa lihat sendiri keempat ban mobil taxi saya itu berada diatas kanan kiri saluran got!’, tandasnya dengan muka penuh keheranan.
“Nah, sampai detik inipun, nggak mungkin saya bisa menjalankan taxi tersebut untuk keluar dari gang ini lagi dan balik kembali menuju ujung gang yang telah saya lewati semalam’’, jelas pak Teto dengan nada terbata-bata heran.
Perlu ketahui bahwa memang gang tersebut pernah admin datangi, yang hanyalah tipe jalan setapak yang luasnya memang tak lebih dari 2 meter dan dikanan kiri gang tersebut masing-masing juga terdapat saluran got yang terbuka.
Sedangkan persis disebelah kanan taxi adalah pemukiman warga yang begitu penuh sesak, dan di sebelah kirinya adalah tembok gedung sekolah SMPN 38 Jakarta.
Lalu, bagaimana ceritanya bapak bisa disuruh menunggu di sini?
’’Begini mas… ketika itu salah satu penumpang wanita tersebut menyuruh saya berhenti di sini, dia bilang ‚’’Tunggu’, ya…” – sebagai pelayan jasa yang baik saya wajib menunggu tanpa menggerutu walaupun saat itu sekujur bulu kuduk saya mulai merinding entah kenapa”, jelas pak Teto.
Kemana arah salah satu wanita penumpang itu pergi, pak?
Pak Teto hanya menunjuk ke kuburan yang semalam tadi dia lihat sebagai rumah-rumah mewah tanpa ia bersuara sedikitpun. Mungkin dia masih tak percaya dan kaget sebab kenyataannya di pagi itu menunjukkan bahwa komplek rumah-rumah mewah tersebut adalah merupakan komplek Pemakaman Umum (Kuburan) Karet Bivak, bukan rumah-rumah mewah seperti yang ia lihat tadi malam.
Lalu kapan bapak mulai menyadari bahwa ada keganjilan atau keanehan di dalam taxi yang bapak bawa…?
“Ya….itu mas, saat penumpang yang satu turun dan bilang ‘’’tunggu’’ dia jalan beberapa langkah lalu nggak terlihat lagi oleh saya, lalu dengan rasa nggak karuan yang kuat sekali, dalam hati saya berkata, agar saya melihat ke kaca spion dalam diatas dasboard, untuk melihat kedua penumpang lainnya yang masih duduk di belakang, kok rasanya ada keanehan, tapi pas saya menoleh ke bangku belakang… saat itu pula saya mulai tidak sadarkan diri lagi….’’ kenangnya.
Kenapa bapak bisa tidak sadarkan diri pada saat itu?
Dengan intonasi yang masih gemetar, bapak empat anak itu menjelaskan, ‘’’Gimana sayanggak pingsan mas… ketika saya menoleh ke bangku belakang untuk melihat ke arah penumpang yang lainnya…..’’ pak Teto sontak berhenti berbicara dan tunduk terdiam.
Lalu ia meneruskan jawabannya, “Pas aku lihat, kedua penumpang tersebut memiliki wajah yang nggak karuan bentuknya! Dan amat sangat menakutkan!!”, tambah pak Teto yang sorot matanya terlihat kosong tak fokus di dalam ruangan pos RW setempat, lalu kembali menundukkan wajahnya sambil menggelengkan kepala dan berhenti berbicara.
Seluruh warga yang ada di ruang pos RW pun ikut terdiam. Mungkin saja pak Teto diam tertunduk dan menggelang kepala karena masih teringat oleh wajah menakutkan dari sosok hantu tersebut.
Kemudian ia mulai melanjutkan ceritanya, “Saat itulah saya mulai nggak sadarkan diri dan akhirnya saya baru mengetahui kalau saya sudah berada di dalam Pos RW 06 Karet Tengsin ini, yang katanya saya di bopong oleh warga tadi pagi ke Pos RW ini, ‘’ sambil ia menunjuk Bapak Haji Imron sebagai ketua RW 06 setempat.
Perlu diketahui pula, bahwa TPU di daerah ini ada dua buah, yaitu TPU Karet Bivak dan TPU Karet Tengsin. TPU Karet Bivak berada persis diperempatan jalan besar atau hook , jalan KH. Mas Mansyur yaitu jalan yang menghubungkan Jl. Jenderal Sudirman menuju ke Tanah Abang (jika anda dari Jl. Jenderal Sudirman)
Lalu jalan itu “dipotong” oleh sebuah jalan melintang dan menjadi sebuah perempatan, jika ke kiri Penjernihan, Pejompongan dan jika ke kanan adalah yang melintas di depan Hotel Sangrila, yaitu jalan Galunggung.
Sedangkan yang kedua adalah TPU Karet Tengsin, itu lain lagi, TPU itu adalah tempat dimana makam ustadz Uje yang terkenal kini dimakamkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar